Cari

Minggu, 30 Januari 2011

Kerajaan Konawe


Berdasarkan sumber yang diperoleh dan juga tradisi yangberkembang bahwa awal mula berdiriny kerajaan Konawe dimulai dengan munculnya Sangia Ndudu  yang disebut Tolahianga (Orang dari Langit). Pada saat itulah telah berkembang tiga kerajaan kecil yang diperintah oleh seorang mokole atau Raja yang masing-masing memimpin wilayah kekuasaannya. Adpun wilayah yang dimaksud adalah :
a.      Wilayah Padangguni yang dipimpin seorang mokole yang bergelar Ndotongano wonua ibukota pemerintahannya berada di Unaaha.
b.      Wilayah Besulutu ibukota pemerintahannya berkedudukan di Opuoh sekitar Desa Wawolemo Kecamatan Pondidaha sekarang.
c.       Wilayah Wawolesea ibukota pemerintahannya disekitar pantai Wawolesea Kecamatan Lasolo sekarang.

Pada saat ketiga kerajaan kecil berdiri, masing-masing kelompok keluarganya mengembangkan keturunannya. Lama kelamaan perkembangannya ini semakin meluas dan akhirnya menimbulkan pesekutuan hidup. Dimana satu an lainnya mencai tempat-tempat yang cocok untuk berlindung dan melakukan kegiatan ekonominya guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kelak kemudian dari perkembangan ketiga kelompok tersebut diatas muncul keturunan dari Mokole Padangguni yang diberi gelar Ndotongano Wonua (penguasa negeri) berusaha untuk mempersatukan ketiga wilayah ini. Namun usahanya itu ditentang oleh Mokole Wawolesea dan Mokole Besulutu. Akhirnya timbullah pertentangan yang hebat dan berlangsung lama. Mokole yang satu dan lainnya berusaha menaklukn Mokole lainnya. Sehingga terjadilah perang saudara. Bunuh membunuh pun tak dapat dielakkan, sebab pada saat itu berlaku hukum rimbah, siapa yang kuat dialah yang menang. Disini yang kuat menghancurkan yang lemah.
Pada saat perang saudara berlangsung muncullah seorang putri(yang kelak diketahui bernama Wekoila) ditengah-tengah masyarakat Konawe untuk memberikan kedamaian dan berniat mempersatukan penduduk dan masyarakat yang kacau balau akibat perang. Kidatangan putri Wekoila berhasil mewujudkan kedamaian dan kesatuan dan menimbulkan pengakuan yang spontan penduduk dari ketiga wilayah tersebut diatas. Kehadiran Wekoila disebut oleh segenap rakyat sebagai Ratu Adil dalam menyelamatkan mereka dari kehancuran. Keistimewaan yang dimiliki Wekoila adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh para Mokole yang sedang berkuasa pada ketiga wilayah kerajaan tersebut. Oleh sebab itu mereka sepakat untuk mengangkat Wekoila sebagai Mokole yang berkuasa atas ketiga wilayah kecil, dan akhirnya dapat mempersatukan ketiga wilayah menjadi satu wilayah kerajaan besar yakni Kerajaan Konawe dengan Rajanya yang pertama Wekoila denga pusat pemerintahannya di Unaaha.
Tentang asal-usul Wekoila ada beberapa persi yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh masyarakat di Kabupaten Kendari antara lain : Menurut Abdurrauf Tarimana bahwa “ Manurut tradisi orang tolaki pada saat itu tibalah di Unaaha seorang putri kerajaan Luwu yang bernama Wetenri Abeng saudara kembar Saweri Gading, dan orang-orang tolaki memberi nama Wekoila. Kemudian diangkat menjadi Mokole More pertama (Sri Ratu Konawe) pada abad ke-X. Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa “ Wekoila dalaha saudara kembar Saweri Gading dari kerajaan Luwu, nama aslinya adalah Wetenri Abeng.beliau diperistrikan Ndotongano Wonua yang bernama Ramandalangi. Atas perkawinannya inilah sehingga Wekoila disepakati untuk diangkat menjadi Mokole dikerajaan Konawe”. (Johan Mekuo.2002).
Dengan naiknya Wekoila menjadi Raja dan berhasil mempersatukan ketiga kerajaan kecil sebelumnya menjadi satu yakni Kerajaan Konawe maka ini merupakan awal dari sejarah berdirinya Kerajaan Konawe.

Sumber:
Aswati. 2010. Sejarah Lokal Sultra (daerah kendari dan kolaka). Hand out Prodi Sejarah FKIP Unhalu Kendari.
 

3 komentar:

  1. saya setuju. dalam cerita kerajaan muna wa tandriabeng menikah dengan raja muna 1 la elia alias holantolani (Rilang rilangiq. keturunanya adalah la kilaponto generasi ke 7 mereka. la kilaponto menjadi raja muna ke 7 fan sultan buton ke 6. dia bergelar murhum

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. peneliti di bidang sejarah selalu berpikir bahwa ada indikasi sejarah kebudayaan konawe adalah konspirasi. fakta-fakta yang dilihat dari sejarawan:
    1. pakaian adat seperti yang diakui oleh masyarakat konawe/tolaki adalah pakaian adat baru yang dibuat pada tahun 1960an. awalnya masyarakat setempat mengenakan pakaian dari kulit kayu yang mirip dengan pakaian poso sulawesi tengah. coba cari dokumentasi foto pakaian adat konawe dari tahun 1950. mungkin akan ada sedikit kejutan karena pakaian konawe berubah-ubah dari waktu ke waktu dan terus mangalami penambahan aksesoris (termasuk penggunaan tenunan).
    2. Tidak ada tenunan dan rumah adat tolaki. pengamatan membuktikan, carilah ke desa-desa pedalaman tolaki. apakah ditemukan penenun atau rumah khas daerah tolaki? jawabannya tentu tidak ada. sebagai informasi, tenunan tolaki selama ini diimpor dari pengrajin di sulawesi selatan. rumah adat yang katanya bernama laikas, adalah bangunan yang baru. bukti yang menguatkan argumen ini, laikas berasal dari kata laika yang artinya rumah. mengapa ada penambahan huruf 's' di belakang kata laika? ilmu linguistik mengenai bahasa tolaki tidak mengenal huruf konsonan di setiap akhir kata. sebutkan saja kata-kata dalam bahasa tolaki. apakah ada yang berakhiran huruf konsonan? ini artinya rumah adat itu adalah hal yang baru. pergilah ke desa-desa di daratan konawe. Tidak ada bangunan adat yang berumur sangat tua. jikapun ada cuma 1 sebagai simbol "ini lho, rumah adat kami bentuknya kayak ini". berbeda bila berjalan-jalan ke daerah kepulauan sulawesi tenggara (muna, buton, wakatobi, kabaena/moronene dll) masih dapat ditemukan penenun asli dari etnis-etnis tersebut. bahkan di wakatobi, penenun masih menggunakan pewarna alam dengan tumbuhan yang diendapkan di dasar lautan. begitupun rumah adat. masih banyak ditemui di daerah kepulauan tersebut. bahkan rumah adat kabaena dan buton ada di museum belanda. dan yang ditemukan di daerah yang bersangkutan adalah rumah yang beberapa di antaranya telah berumur ratusan tahun.
    3. tidak ada lagu adat daerah tolaki. apa lagu adat tolaki? wulelesanggula? lagu itu adalah lagu yang baru diciptakan. penciptanya adalah kepsek pertama sma 1 kendari. hal ini dibenarkan oleh salah satu penyanyi daerah di kendari, Saiful Tamburaka untuk itu dia memiliki sebuah tujuan yang mulia untuk mengembangkan seni musik di tolaki. guru salah satu sekolah negeri itu mengatakan berbeda dengan daerah-daerah lain, tolaki tidak memiliki lagu daerah yang benar-benar asli warisan nenek moyang. berbeda dengan lagu tampo dari muna dan kompongtangkeno dari kabaena yang sudah turun temurun dinyanyikan bahkan peciptanya pun anonim.
    4. masyarakat asli konawe adalah nomaden. mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap. kehidupan mereka bergantung dengan sumber makanan pokok utama mereka yaitu sagu. dan sudah diketahui bahkan sampai saat ini, belum ada orang di sulawesi tenggara yang membudidayakan sagu. semuanya didapatkan dari hasil pencarian di alam. makanya jangan heran, banyak terjadi sengketa lahan di sana. keluarga A mengatakan tanah ini milik nenek mereka tapi keluarga B juga. Keduanya benar, karena setelah sagu ditebang keluarga A dan habis maka keluarga A akan pindah ke tanah lain, tapi akan muncul anakan dari tanah tersebut dan kemudian tumbuh menjadi pohon sagu yang besar dan akhirnya ditemukan keluarga B.

    bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarnya tapi tidak juga membuat-buat dan mengubah-ngubah sejarahnya.

    BalasHapus